Selamat Datang di Farid's note

Lakukan Penelusuran

Like button

Jumat, 04 Maret 2011

Mohammad Natsir

Mohammad Natsir adalah seorang tokoh pembaru yang berasal dari tanah Minang yang bergelar Datuk Sinaro Panjang. Ia termasuk orang Indonesia pertama yang berpendidikan Eropa. Ayahnya bernama Idris Sutan Sripado seorang pegawai pemerintah Hindia Belaka, sedangkan ibunya bernama Khadijah dari suku Caniago. Natsir berpendidikan HIS, MULO di Padang, dan AMS di Bandung. Pagi harinya ia belajar di HIS tetapi sore harinya ia belajar di madrasah Diniyah dan malam harinya mengaji.

Sampai akhir hayatnya ia aktif sebagai organisasi muslim sedunia, seperti kongres muslim sedunia, liga musim sedunia, serta dewan masjid sedunia. Karena itulah ia mendapatkan pengghargaan dari pemerintah Arab Saudi. Natsir juga menulis antara lain "Komtot Het Gebet" (1931 M) dan "Kebangsaan Muslim" (1931 M).

Melalui tulisannya Natsir membela rakyat Indonesia dan umat Islam pada khususnya. Ia menghasilkan karya tulis dan dalam karyanya ia selalu menggunakan nama samaran A. Mukhlis. Ia sudah menulis ratusan artikel, seperti “Muhammad as Profeet” (Muhammad sebagai Nabi) dan sekitar 90 judul buku seperti Kebangsaan Muslim (1931 M).


Sumpah setia (bai'at) kaum anshar kepada Rasulullah SAW

Bai'at Aqabah 1

Setelah ajaran Islam mulai di ketahui oleh penduduk Madinah, maka pada musim haji datanglah 12 orang dari Madinah menemui Rasullah SAW untuk melakukan baiat (sumpah setia) yang di kenal baiat Aqabah 1. Adapun isi baiat tersebut yaitu sebagai berikut :
  1.  Kami tidak akan menyekutukan Allah.
  2.  Kami tidak akan mencuri.
  3.  Kami tidak akan berzina.
  4.  Kami tidak akan memubunuh anak-anak kami.
  5.  Kami tidak akan memfitnah dan menghasut.
  6.  Kami tidak akan mendurhakai Muhammad.
Diantara penduduk Madinah yang ikut dalam baiat Aqabah 1 adalah :
  1. As’ad bin Zurarah
  2. Rafi’bin Malik
  3. Ubadah bin Samit, dan
  4. Abdul Haisam bin Tihan
Ketika bai'at selesai Nabi Muhammad bersabda : "Jika kalian semua memenuhi janji kalian, maka balasannya surga, jika kalian tidak menepati janji kalian, maka urusannya terserah kepada Allah SWT, jika berkehendak ia akan mengampuni".

Setelah pembaiatan ini, para utusan kaum Anshar pulang ke Madinah bersama mereka Nabi Muhammad mengutus Mush’ab bin Umar untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hukum-hukum agama kepada mereka.


Bai'at Aqabah 2

Pada musim haji tahun 13 dari kenabian, sekelompok besar kaum muslimin Madinah yang berjumlah 75 (terdiri dari 73 laki-laki dan 2 perempuan) dan dipimpin oleh seseorang yang bernama Al Barra bin Ma’mur, datang ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan berbai'at kepada Nabi Muhammad SAW.

Isi dari bai't Aqabah kedua pada intinya sama dengan bai'at Aqabah pertama, hanya pada bai'at Aqabah kedua di akhiri dengan sabda Rasullah SAW berikut : "Saya ingin mengambil perjanjian dengan kamu semua, bahwa kamu akan menjaga saya sebagaimana kamu menjaga keluarga dan anak-anak kamu sendiri”.

Mendengar sabda Rasullah, sebagai pemimpin rombongan Al Barra bin Ma’mur memegang tangan Nabi Muhammad dan berkata : "Demi Zat yang mengutus dirimu dengan kebenaran, kami akan menjaga dan melindungimu sebagaimana kami melindungi keluarga kami sendiri". Demi Allah sesungguhnya kamu adalah kaum yang memiliki darah prajurit dan setia dalam memegang perjanjian persekutuan, kami mewarisi itu semua dari leluhur kami".

Syekh Abdul Rauf Singkel

Abdul Rauf Singkel yang sering di sebut dengan Teuku Syah Kuala adalah ulama besar dan tokoh tasawuf Aceh terkenal Ia adalah pembawa dan pengembang Terekat Syatariyah di Indonesia. Ketika masih kecil ia belajar ilmu agama pada ayahnya dan berguru pada Syamsuddin al Sumatrani. Pada usia 27 tahun ia menimba ilmu di Semenanjung Arabia (Yaman, Jedah, Mekah, Madinah), setelah kembali ke Aceh ia bersama muridnya Daud al Jawi al Fansuri mandirikan lembaga pendidikan Islam tradisional “Dayah”.


Abdul Rauf merupakan sosok pencari ilmu yang tangguh. Selama 19 tahun ia berada di tanah Arab untuk mencari ilmu agama. Banyak Syekh Islam terkemuka menjadi gurunya seperti Ahmad Qusasi, Syekh Tarekat Syatariyah, Ibrahim al-Qur’ani. Oleh karena itu ia mempunyai banyak ilmu seperti ilmu syariat fikih, hadits, tasawuf, dan kalam.


Abdul Rauf juga merupakan seorang penulis yang produktif, sekitar 22 kitab tentang fikih, tafsir, kalam, dan tasawuf telah ia tulis antara lain : “Mir’at al tullah fi tahsil al ma’rifat al ahkam asy syar’iyyah li al malik al wahhab” (cermin bagi penuntut ilmu fikih untuk memudahkan mengenal segala hukum syara’Allah). Berkat karya-karyanya ia menjadi ulama Melayu pertama yang menulis fikih muamalah. Ia juga menulis tafsir Al’Qur’an yang berjudul “Turjuman al mustafid” (terjemahan pemberi faedah) yang di terbitkan di Aceh, Penang, Jakarta, Kairo, dan Mekah. Selain menulis fikih dan tafsir, ia juga menulis kitab hadits yaitu koleksi hadits qudsi dan kitab tasawuf yang berjudul “Kifayat al muhtajin“ (pencangkup bagi para pengemban hajat) dan sebuah risalah berjudul “Daq’iq al huruf” (detil-detil huruf).